Jumat, 10 Agustus 2012

Mencari maestro garis tengah


agent judi online - Lini tengah adalah tempat terpenting dalam tim sepak bola. Ironisnya, saat ini di kompetisi Liga Indonesia, justru pemain gelandang tengah lokal kalah bersaing dengan pemain asing.

Tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Firman Utina, Ahmad Bustomi, ataupun Ponaryo Astaman. Masih menjadi tulang punggung tim nasional Indonesia. Namun, setelah generasi mereka, tak banyak pemain gelandang yang melejit, utamanya pada level tim nasional senior.

Salah satu penyebabnya karena peran gelandang asing sangat dominan pada klub-klub di Indonesia, sehingga menutup kesempatan gelandang muda potensial untuk lebih berkembang. Pun tak dapat menyalahkan pelatih, karena tentu saja pelatih pasti akan menurunkan pemain terbaik pada posisinya, tidak perduli dari mana asalnya.

Semenjak kompetisi Indonesia mulai digabung antara galatama dengan perserikatan, playmaker asing menjadi pilihan utama klub. Akhirnya, sedikit gelandang lokal yang mampu bersaing. Banyak faktor yang berpengaruh mengapa posisi sentral selalu dihuni oleh pemain asing. Padahal, soal visi bermain dan intelegensia, pemain Indonesia dapat mengejar pemain asing. Saat ini, faktor percaya diri dan kesempatan yang diberikan oleh klub menjadi hal penting.

Pelatih timnas U-22, Aji Santoso, merasakan ada yang salah pada pembinaan sejak usia dini. Hal ini berakibat pemain asing membanjiri tiga posisi vital di klub, mulai dari lini pertahanan, lini tengah, hingga penyerang.

Akibat terlambatnya regenerasi, tim nasional seperti kehilangan bibit muda nan bertalenta. Gelombang pemain asing yang menyerbu Liga Indonesoa seperti mematikan potensi pemain-pemain muda. Posisi gelandang tengah yang paling banyak diminati oleh pemain asing, dan berakibat gelandang lokal yang jarang mendapatkan kesempatan.

Selain itu, sistem pembinaan kita juga kurang tepat. Pemain junior sudah dipaksa untuk memiliki fisik kuat dan mereka lebih banyak bermain kolektif. Tidak ada penanganan individu secara khusus atau pun spesialisasi.

Faktor kekisruhan di PSSI saat ini juga dinilai berpengaru besar mematikan potensi pemain muda. Pun diyakini pula, konflik yang terjadi menghambat perkembangan para pemain muda yang bertalenta dan berpotensi tinggi. - judi online bola

Tidak ada komentar:

Posting Komentar